Sunday, July 1, 2007

Minyak Goreng Stabil hanya Tinggal Janji - 5 Juni 2007

Awal Juni ini, sesuai janji dari Menteri perdagangan Mari Pangestu, seharusnya menjadi tenggat pemerintah untuk bisa menstabilkan harga minyak goreng di pasaran. Namun hingga minggu pertama Juni ini, janji pemerintah untuk bisa mengendalikan laju harga minyak goreng pupus sudah. Meskipun di beberapa wilayah sudah dilakukan OP (operasi pasar), namun tetap tak bisa membendung naiknya harga minyak goreng dari hari ke hari. Para pedagang kecil yang tadinya masih menunggu turunnya harga minyak, kini tidak mampu lagi menanggung kerugian akibat kenaikan harga minyak goreng dan bahan baku lainnya yang semakin melonjak. Mulai pedagang gorengan skala kecil hingga pedagang skala menengah seperti toko getuk dan toko mendoan, secara perlahan kini mulai menaikkan harga. Sementara pedagang kerupuk mulai mengecilkan produknya agar bisa menutup biaya produksi.Bila pada awal kenaikan harga ini, pemerintah ribut membahas mengapa harga minyak goreng merambat naik. Saat ini kenaikan harga sepertinya sudah dianggap sebagai hal yang wajar. Masyarakat dipaksa untuk menerima kenaikan harga ini tanpa memperoleh penjelasan yang memadai kenapa harga terus saja naik. Alasan yang selalu dikemukakan hingga ke lapisan bawah adalah adanya kenaikan harga CPO dan maraknya ekspor CPO ke luar negeri.Tentunya hal-hal ini harus bisa diatasi oleh pemerintah agar tidak ada lagi eksportir nakal yang menyunat kebutuhan dalam negeri. Jelas, adanya kenaikan harga minyak goreng ini semakin memberatkan masyarakat. Mengingat komoditi ini sangat dibutuhkan masyarakat untuk mengolah makanan sehari-hari terutama bagi pengusaha yang produknya harus digoreng dan juga para ibu rumah tangga. Ditambah lagi saat ini beberapa harga kebutuhan seperti tepung terigu juga ikut naik. Janji tinggallah janji. Nyatanya di pasar, harga minyak goreng terus merambat naik dan masyarakat terpaksa menerima kenaikan itu. Entah cara apa lagi yang bisa dilakukan untuk menahan laju harga minyak goreng, Bila operasi pasar dianggap tidak cukup efektif untuk menstabilkan harga, harus ada alternatif upaya lain yang harus sesegera mungkin dilakukan, agar penderitaan rakyat tidak semakin berat.

No comments: