Tuesday, April 28, 2009

Biaya Bikin SIM di Polres Banyumas

Ini biaya bikin SIM A baru di Polres Banyumas. Diurus tanggal 27 April 2009. Waktu mulai pukul 10.00 hingga pk.14.00

Ok ini saya share biayanya..cerita lebih lengkapnya akan saya posting menyusul.

  • KIR Kesehatan: Rp 20.000
  • Beli Kuitansi bank: Rp.75.000
  • Beli Sertifikat Lulus Mengemudi di Aquarius: Rp. 175.000
  • Cap Jari kanan kiri : Rp.2000
  • Amplop SIM : Rp.5000
Jadi total jenderal habis Rp 279 ribu
Belum biaya fotokopi n beli map....sekitar Rp.2000

Kenapa ada item sertifikat Aquarius? Silakan dicoba sendiri..ketika berkas anda sudah lengkap, pasti semua petugas di loket akan menyarankan untuk ke Aquarius. Sebuah LPK yang menyelenggarakan kursus mengemudi.
Padahal sebelumnya saya sudah punya SIM A sejak tahun 1999. Tapi dikeluarkan Polda Metro-Bekasi. Ketika di Purwokerto, n habis masa berlaku, tidak bisa memakai mekanisme perpanjang. Logika polres, tempat baru berarti SIM baru. Padahal saya sudah lampirkan SIM A asli n fotokopinya lho..

Ga percaya..silakan coba sendiri!!

Thursday, April 9, 2009

Melanjutkan Kemapanan

Akhirnya menulis lagi setelah tulisan sebelumnya hampir setahun yang lalu..he3. Ini gara-gara pemilus legislatif 9 April. Hm..meskipun sudah bisa diduga tapi tetap tidak mau hal ini terjadi. Banyumas yang selama ini terkenal kandang Banteng..akhirnya menyerah untuk LANJUTKAN. Ga suka..tapi mau gimana lagi. Dalam demokrasi yang crazy ini apapun bisa terjadi. Dan 'suara tuhan' itu memilih me'LANJUTKAN apa yang sudah ada. Merasa nyaman dengan kemapanan dan ingin terus mapan.Terbukti, betapa nyamannya kemapanan sehingga rakyat lebih memilih me'lanjutkan. Mapan dengan kemiskinan, mapan dengan janji-janji, mapan dengan iklan politik. Tapi mungkin aku harus fair juga dan mendukung soal me'lanjutkan pemberantasan korupsi-nya. Asal emang ga pandang bulu (btw, emang manusia itu berbulu..??).

Thursday, May 8, 2008

Saya Menolak Kenaikan Harga BBM

(Dialog Imajiner antara Aku (yang belagak wartawan) dengan Saya (warga masyarakat/ibu rumah tanga)

Sinyal pemerintah yang akan menaikkan harga BBM menimbulkan pro kontra di masyarakat. Di kalangan ekonom dikatakan bahwa kenaikan ini tidak terhindarkan karena meroketnya harga minyak dunia. Namun jelas di kalangan masyarakat tidak mampu dan menengah akan berteriak tidak setuju. Memang akan sangat sulit menjelaskan logika minyak dunia yang sedang naik terus sementara diketahui juga Idnonesia merupakan negara penghasil minyak.
  • Aku: Kenapa Anda menolak harga BBM?

Saya: Ya..karena kalo BBM naik pastinya harga-harga lainnya ikut merembet naik..dan itu memberatkan saya

  • Aku: tapi ini kan demi keuangan negara..?
Saya duh..kok ibu rumah tangga kayak saya harus mikirin keuangan negara. Yang saya tahu tuh, negara kita penghasil minyak..
  • Aku: tapi kan, harga minyak dunia naik dan Indonesia tidak bisa menolak?
Saya: Lha itu dia, kenapa kita ikut-ikutan minyak dunia lha wong kita penghasil minyak, gimana tho..?
  • Aku: Kalo tidak naik akan memberatkan APBN..?
Saya: Nah itu dia lagi, kok saya harus mikirinAPBN..wong ngurusin susu anak aja udah mumet
  • Aku: Kalo anda menolak karena tidak mampu, anda bisa mengajukan sebagai orang miskin nanti dapet BLT..?
Saya: Lha kenaikan BBM aja saya ga setuju apalagi BLT-nya..
  • Aku:..?? (mikir dulu ya...)
bersambung....
(wawancara terputus karena si ibu mau nyusuin anaknya.. dam si wartawan mikir dulu )

INFO

untuk informasi...
Sejak diambil alih oleh Mr. J , aku ga diminta nulis Pena lagi...
tapi ini membuatku jadi mandul ide..., mandul menulis dan jadi gagap menulis lagi
Untuk selanjutnya, aku mau coba bikin feature..ditunggu ya..semoga bisa lancar...

Pengembang Nakal

Ternyata di Purwokerto ini ada juga pengembang nakal. Biasanya aku mendengar kisah pengembnag nakal hanya di kota-kota besar yang cukup pesat pembangunan propertinya, eh di sini nemu juga.
Ceritanya pada akhir 2007 lalu kami berencana mengambil perumahan. Setelah mengunjungi kantor pemasaran 3 kali..akhirnya kami putuskan untuk mengambil perumahan itu. Bahkan orantuaku ikut mengambil.
Untuk memesan tempat kami harus membayar 1 juta untuk setiap kavling yang dipesan. Dengan janji pada sekitar bulan Maret /April, bangunan dah jadi dan bisa dialkukan akad kredit. Tunggu punya tunggu ternyata sampai bulan April kemarin belumada satupun yang terbangun. Bahkan pembangunan tahap sebelumnya juga terjatung-katung.
Duh padahal kami sudah membayar satu juta untuk pesan kavling. Akhirnya aku pun berusaha mencari rumah si pengembang itu. Ketemu....
Pertama, aku sms dan telpon, ga pernah diangkat dan terlihat menghindar. Kemudian kami datangi rumahnya siang hari ..kosong...
Lalu, aku berusaha mendatangi rumahnya pagi hari..ketemu..dijanjikan minggu ini akan diurus untuk membayar kembali uang kami...dan aku akan dihubungi....
tunggu punya tunggu, tiada telpon atau kontak yang menghubungi...
aku datangi lagi rumahnya di pagi hari...Ketemu..dan langsung aku tagih..
dapat 800 ribu, dan masih kurang 200 ribu.m janjinya akan segera dibayar.
2 hari kemudian aku kesana lagi untuk nagih, janjinya akan ditransfer...
Saat itulah aku ketemu dengan beberapa orang yang jadi korban 'pengembang nakal' ini. Ternyata banyak yang nasibnya lebih buruk dari aku...ada yang nagih 5 juta, ada yang 3,5 juta bahkan ada yang sampai ratuasn juta...buzet gila juga nih orang..
Sampai saat ini, belum ada transfer dari pengembang yang suak berjanji itu.
Untuk informasi...pengembang itu membangun Perumahan Puspa Harmoni dan Griya Sarana Mukti yang terletak di Ledug-Kembaran Banyumas.
Jadi ati-hati..ya...ternyata pengembang nakal juga ada di Banyumas...

Sunday, July 1, 2007

Koalisi Demi Rakyat - 25 Juni 2007

Dunia politik sedang heboh. Di tengah gemuruh hajat pilkada di beberapa daerah, berhembus kabar dari Medan. Yah, dikabarkan dua partai besar yakni Golkar dan PDIP tengah menjajaki kemungkinan untuk berkoalisi. Meskipun dikabarkan koalisi ini untuk menyongsong momen di 2009 namun tak ayal, hembusan kabar ini membuat konstelasi politik di daerah juga mengalami perubahan. Semua bertanya-tanya bagaimana koalisi yang akan dibangun. Apakah sekedar bagi-bagi kekuasaan atau mempertahankan kekuasaan? Beberapa kekuatan politik di daerah yang sedang menyongsong Pilkada pun mulai gamang dan bertanya-tanya. Bagaimana dampak 'kabar Medan' ini harus mereka sikapi, dan bagaimana mekanisme membangun koalisi ini di tingkat lokal mengingat selama ini dua partai besar ini tengah getol bersaing memperebutkan kursi kepala daerah di beberapa kabupaten.Terlepas dari beragam dugaan akan koalisi tersebut, koalisi bukanlah hal yang membingungkan. Sebab bukankah dalam politik, tidak ada musuh ataupun teman yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan. Tentunya rakyat berharap kepentingan koalisi ini tidak hanya bagi-bagi kekuasaan ataupun 'kue pembangunan'. Tentunya rakyat juga amat sangat berharap bila koalisi politik tersebut dibarengi dengan sinergi untuk kesejahteraan rakyat demi mengentaskan kemiskinan dan membuka lapangan kerja. Semoga sinergisme dalam mewujudkan kepentingan inilah yang sedang dilakukan oleh dua partai besar ini.

Kelulusan Semu- 18 Juni 2007

Hasil kelulusan tingkat SMU/SMK/MA sudah diumumkan akhir minggu kemarin. Ada yang senang ada yang sedih. Ada yang sedang semangat-semangatnya untuk melanjutkan sekolah namun ada pula yang sedang dilanda kebingungan apa yang harus diperbuatnya pasca lulus.Yah, tingginya angka kelulusan biasanya akan diiringi dengan tingginya angka pengangguran yang meningkat.Tidak siapnya sistem pendidikan kita untuk mencetak manusia yang siap pakai membuat angka pengangguran selalu meningkat seiring dengan banyaknya siswa SMA yang lulus. Hal ini mungkin bisa dikecualikan untuk SMK dimana lulusan SMK memang dipersiapkan untuk bisa langsung bekerja ataupun berwiraswasta. Namun bagi lulusan SMA atau sekolah umum, hanya sebagian kecil dari mereka yang mungkin berkesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi tinggi dikarenakan mahalnya biaya pendidikan tinggi.Euforia kelulusan tahun ini mungkin harus dipandang ambigu. Di satu sisi membuktikan bahwa UN yang selama ini ditakuti tokh akhirnya bisa dilewati oleh mayoritas siswa SMA. Namun di sisi lain, karena sistem kelulusan hanya bertumpu pada UN, karenanya tidak membuat siswa bisa berkualitas dan siap bekerja setelah lulus. ke depan, kalau kelulusan peserta didik SMA/MA/SMK tidak dibarengi dengan peningkatan kemandirian peserta didik, maka tetap pengangguran dimana-mana, dan kalau peserta didik hanya diberi daftar lowongan pekerjaan, maka bangsa ini nungkin hanya akan selalu menjadi bangsa yang tertinggal.